Sejarah Desa
Menurut Catatan Legenda / Pra Sejarah
“Lalabata Riaja” adalah sebuah kata dalam bahasa bugis yang mempunyai arti / makna : Lala = Berkilau, Bata = Batu Merah, Riaja = Kata Tunjuk Arah Mata Angin yang berarti sebelah utara. Dan apabila kata ini digabung maka Lalabata Riaja mempunyai arti yaitu, Batu yang berkilau disebelah utara. Konon Kata ini pertama kali terdengan pada saat pengawal Raja ( Datu ) Soppeng mencari keberadaan Burung Kakatua (Cakkelle) ke Kampung Balubue ( Desa Tottong ) menengok ke arah barat tempat mereka istirahat dan tiba-tiba melihat ada sebuah benda yang berkilau dan setelah pengawal memeriksa ternyata itu adalah sebuah batu yang mengeluarkan cahaya. Dan seketika itupula Raja (Datu Soppeng) memberi nama tempat itu adalah Lalabata Riaja, karna terdapat disebelah utara Pusat Kerajaan Lalabata ( Sekarang Kota Watansoppeng).
Pada Tahun 1968-1971 selanjutnya wilayah ini masuk dalam wilayah Distrik Lalabata. Dan terbagi 3 (tiga) Wilayah yaitu :
- Lalabata Rilau
- Lalabata Ritengngah
- Lalabata Riaja dan berstatus sebagai wanua meliputi :
Dusun Paddangeng, Turungeng Lappae, Leworeng dan Tokare.
Pada tahun 1978 Wanua Lalabata berubah status menjadi Desa dan dimekarkan menjadi 2 (Dua) yaitu Desa Lalabata Riaja dan Desa Leworeng.
Adapun Tata urutan pemerintahan di Desa Lalabata Riaja sejak Tahun 1968 sampai sekarang adalah sebagai berikut :
Usman Koro : Periode 1968-1971 (Kepala Wanua)
H. A. Alwi Nampe : Periode 1971-1981 (Kepala Desa)
H. A. Alwi Nampe : Periode 1982-1990 (Kepala Desa)
H. A. Alwi Nampe : Periode 1991-1999 (Kepala Desa)
Ir. Asake : Periode 2000-2005 (Kepala Desa)
Ir. H. Asake : Periode 2006-2011 (Kepala Desa)
Marhabang : Periode 2011-2017 (Kepala Desa)
Marhabang : Periode 2018-Sekarang (Kepala Desa)